Fluffyophile: February 2018

Hai semua!

Di penghujung Februari ini, saya pengen nge-review tentang salah satu novel favorit saya. Sebenarnya, sudah sejak lama saya ingin mem-posting tentang review terhadap suatu novel--berhubung saya memang sangat suka membaca novel.

Ice Break, karya Inge Shafa (Wattpad: coklatpth). Jadi, novel ini awalnya terbit di Wattpadnya Kak Inge. Oh iya, sebelum Ice Break terbit, novel Kak Inge yang judulnya Benaya dan Dara sudah terbit terlebih dahulu--tetapi saya nggak sempat baca. Huhu.

Jadi, awal saya tahu Ice Break itu dari Wattpad. Berhubung saya adalah tipikal Wattpad reader yang kalau sudah bosan sama cerita yang ada di perpustakaan, pasti langsung explore ke cerita yang lagi trending dan disitulah awalnya saya tahu Ice Break. Pertama baca judulnya saja yang terbilang unik, saya langsung menyimpulkan bahwa cerita ini sesuai dengan selera saya--apalagi cover-nya sangat menarik. Jadilah, saya membaca cerita ini.

Dan ... cerita ini emang benar-benar unik! Karena di setiap judul part-nya, selalu dikaitkan dengan termometer suhu Tirta Natawijaya. Ngomong-ngomong, Tirta Natawijaya ini cowok dingin yang bakalan berhadapan sama Pelangi Azalia. Gimana kisahnya? Ya, nggak boleh spoiler dong!

Ini adalah cerita pertama yang saya baca yang di setiap penulisannya menggunakan konsep termometer suhu. Saya pun yang sudah beberapa kali menulis cerita, tidak pernah berpikiran sama sekali untuk menggunakan konsep yang serupa.

Saya menamatkan cerita ini di Wattpad dan saya menangis bahagia menyambut akhir dari ceritanya. Tentu saja.

Saya makin senang lagi pas Kak Inge mengumumkan kalau Ice Break bakalan diterbitin. Saya udah nabung jauh-jauh hari cuma untuk bisa meluk Tirta setiap malam--abaikan.

Lagi-lagi saya jatuh cinta sama tokoh fiksi, Tirta. Tapi, Tirta ini nyata loh! Saya jadi pengen ketemu sama dia. Hahahahaha. Juga, saya kadang membayangkan kalau saya yang jadi Pelangi gimana yah?

Abaikan lagi.

Sekian review dari saya beserta curhat colongan saya yang mungkin menurut kalian benar-benar unfaedah. Buat kalian yang masih bingung mau baca novel apa, saya sarankan baca Ice Break aja! Biar kalian jatuh cinta sama Tirta juga. Hahaha.

Dariku,

Yang pengen banget jadi Pelanginya Tirta!

Kalau ada yang nanya, saya prefer film Indonesia atau film luar? Saya lebih memilih film Indonesia. Kenapa? Ya, karena saya emang lebih suka dan lebih sering nonton film Indonesia. Bukan berarti saya nggak suka sama film luar, ya!

Bicara tentang film Indonesia, saya jadi teringat sama satu film yang lagi booming banget di tahun 2018 ini. Apa lagi kalau bukan Dilan 1990? Saya yakin kalian pasti tahu sama novel karya Pidi Baiq itu dan mungkin juga kalian sudah menonton filmnya.

Saya sempat membaca novel Dilan 1990--tapi tidak sampai habis, mungkin hanya setengahnya saja, tapi (tetap) berhasil membuat saya jingkrak-jingkrak sambil teriak-teriak sendiri karena Dilan begitu romantis kepada Milea.

Ketika saya tahu kalau Dilan bakalan diadaptasi ke film, saya benar-benar senang banget karena selama ini saya cuman khayalin figurnya Dilan dalam imajinasi saja. Ada hari dimana ketika saya sedikit kecewa dengan pemeran Dilan dan Milea. Iqbaal dan Vanesha. Saya sempat kaget sekaligus bertanya-tanya, apa Iqbaal memang bisa mendalami karakter Dilan? Saya penggemarnya Iqbaal dari kelas 5 SD dan selama ini pun saya tidak pernah dengar kalau Iqbaal itu bisa seperti Dilan. Bukan cuma saya yang merasakan hal itu, bahkan ada banyak pro dan kontra tentang Iqbaal yang memerankan Dilan.

Tanggal 27 Januari kemarin, saya ke bioskop untuk menonton Dilan. Teman-teman saya pada bilang kalau film Dilan beda jauh dengan perkiraan kita selama ini.

Selama satu jam lebih, saya menonton film itu. Dan benar... film ini memang berbeda jauh dengan ekspetasi saya yang mengatakan pasti film ini nggak sebagus imajinasi saya pas baca novelnya. Dugaan saya salah, Iqbaal memang benar-benar bisa mendalami peran Dilan dengan baik. Bersama Vanesha yang berperan sebagai Milea, film ini berhasil membuat saya jingkrak-jingkrak bahkan terharu di saat yang bersamaan.

Menurut saya, ini adalah film yang paling berhasil membuat saya baper semalaman. Hahaha.

Terima kasih, Pidi Baiq karena telah menulis kisah cinta Dilan dan Milea. Juga, kepada Iqbaal dan Vanesha karena telah memerankan Dilan dan Milea dengan begitu keren sampai bikin saya nangis. Hahaha.

Sampai jumpa di Dilan 1991!

HELLO, THERE!

Popular Posts

Labels

Blog Archive